Kamis, 25 November 2010

Dunia yang sepi



Entah sudah berapa lama aku berdiri dijendela ini memandangi anak – anak kecil seumurku bermain dan tertawa didepan rumah. Aku berusaha ikut larut dalam kegembiraan itu walau hanya memandang dari kejauhan. Disini aku terikat oleh kesunyian yang tanpa lelah memelukku erat, aku selalu berusaha mengumpulkan kekuatan untuk berontak, berlari untuk keluar.. tetapi kesepian ini  tak berujung. Aku ingin sekali bermain disitu berlari melompat setinggi tingginya.

Sejenak kusadari kehadiran mama disamping ku seraya menutup jendela itu, aku hanya bisa tertegun.. lalu jatuh jauh kedalam lubang kesedihan ku, Mama, jendela ini adalah sahabat ku.. ya.. sahabat ku. Biarkan saja anak-anak  itu memiliki seribu sahabat, tetapi bagiku jendela sangat berarti, darinya kutemukan keindahan warna – warni mekar bunga dan kesucian dari murninya embun pagi. Belum sempat kata – kata itu ku utarakan mama segera merangkulku seraya memberi isyarat untuk segera mandi.
Pagi ini aku bangun pagi sekali, kerinduan segera menyeruak tak tertahan, aku pun berlari sekencang yang dapat aku lakukan dan jendela itu menyambutku.. kecerahan sinar lembut mentari segera menyapaku, kegembiraan anak – anak saat berangkat kesekolah terlukis jelas dimataku, aku larut kedalam dunia yang penuh warna itu aku melompat – lompat kegirangan dan melambaikan tangan kearah anak – anak itu berharap mereka dapat melihatku.
Entah sudah berapa lama mama berdiri memperhatikan aku dipintu itu, kulihat air matanya terjatuh, aku berlari kearahnya memeluknya.. Aku berusaha sekuat tenaga menggapai pipinya tetapi tangan mungil ini tak sampai untuk menyeka air mata itu, terlambat bagiku.. air itu sudah jatuh kelantai meresap hingga membasahi duniaku yang sunyi.
Seperti hari kemarin aku berlari kearah jendela itu, tetapi kesedihan menghantam remukkan jantungku, jendela itu telah tertutup, terkunci dengan kancing yang begitu kuat untuk ku buka, aku berusaha hingga perih menusuk ditangan kancing itu tetap saja diam tak bergerak. Dengan lembut mama meraih tanganku menarikku berjalan melewati pintu itu, aku terheran tanpa sempat bertanya, melewati pintu itu kutemukan dunia yang berbeda dari sebelumnya, aku dapat melihat dunia ini dari sudut yang berbeda, kupandangi setiap detil kecerahan ini, tak ada satupun yang terlewat oleh ku, tetapi awan gelap kesunyian dengan penuh iri dan kebencian selalu mengikuti tak peduli kemanapun aku pergi.
Akhinya kami tiba disebuah rumah, seseorang berbaju putih memberikan sebuah kotak hitam kecil untuk ku, sejenak ketakutan merayap keseluruh tubuh hingga sulit untuk ku bergerak selain hanya bisa menangis. Aku berontak sekuat tenaga mengusir orang yang menghadirkan ketakutan itu, tangan kekarnya tak mampu kubuka hingga tangan itu memasukkan sesuatu ketelingaku. Segera sesudahnya angin lembut mengangkat kesunyian itu dari tubuh yang selama ini sekarat olehnya.
Aku merasakan dunia yang berbeda dalam irama yang merdu mengubahku seutuhnya dalam tawa, dalam suara yang sangat jelas, kudengar “mama sayang kamu..” aku mencari sumber suara itu, suara yang tak pernah aku dengar sebelumnya, aku mencari bibir yang mengucapkan kata - kata itu dan kutemukan seorang wanita yang selama ini dengan sabar selalu menjagaku.
Aku telah pergi jauh meninggalkan kesunyian itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar